Sadar
atau tidak sadar, saat ini anak-anak muda di Indonesia sudah tidak lagi
berpegang buku di tangannya maupun berpegang erat tangannya dengan teman
sebayanya. Pemandangan yang sangat sering kita temui saat ini adalah generasi
muda khususnya anak-anak terlihat asyik dengan gadgetnya masing-masing. Jika
beberapa tahun yang lalu hapir setiap anak tergila-gila dengan buku dongeng
maupun majalah Bobo, sulit rasanya di era yang serba new media ini untuk menemui anak-anak yang
rajin membaca buku. Pada kesempatan ini saya akan membahas tentang hubungan
anak-anak dengan new media belakangan ini.
Memang
kehadiran new media memberi banyak kemudahan bagi kita
semua, tanpa terkecuali anak-anak. Namun, kehadiran new media pada kalangan anak-anak secara
tidak langsung telah menggeser budaya membaca buku. Ketika kita sedang
bepergian ke mall-mall khususnya yang berada di kota-kota besar, sering kali
kita menemukan anak-anak menggenggam gadget di tangannya dan sibuk sendiri
dengan alat tersebut. Lalu, apakah tepat tindakan orang tua memperkenalkan
gadget seperti tablet dan sejenisnya pada anak balita? Pada kenyataanya, hampir
semua dokter dan psikolog anak menyatakan menentang pemberian gadget ke anak di
usia balita. Hal ini dikarenakan banyaknya dampak negatif yang dihasilkan jika
anak usia balita lebih sering memainkan gadget daripada mainan konvensional
interaktif yang tidak berbasis media digital elektronik. Menurut sumber di
internet, (id.theasianparent.com),
beberapa dampak negatif tersebut terhadap perkembangan anak antara lain
gangguan tidur, keterlambatan bicara, sikap pasif, fungsi mata terganggu, sulit
konsentrasi, radiasi, dan kecanduan tablet.
Martha
Farah, Direktur Center for
Neuroscience and Society di The University of Pennsylvania, menyimpulkan
bahwa stimulasi kognitif anak akan memiliki dampak signifikan jika si anak
distimulasi menggunakan buku, mainan yang mendidik, ataupun alat musik yang
nyata. Hal ini dikarenakan anak dapat mengenal huruf, warna, ataupun angka
secara langsung tanpa perantara layar kaca. Anak akan lebih lancar berbahasa
jika distimulasi mengunakan benda-benda yang nyata (Parents Indonesia, par. 7) Dari pendapat Martha Farah tersebut dapat kita
simpulkan bahwa buku, mainan yang mendidik dan alat musik lebih bermanfaat bagi
anak-anak dibandingan dengan gadget masa kini.
Seperti
yang kita ketahui bahwa anak-anak adalah generasi muda penerus bangsa, dimana
seharusnya mereka sedang giat-giatnya belajar dan menimba ilmu pengetahuan
sebanyak-banyaknya, bukan hanya dimanja dengan gadget di tangannya. Jujur
saja, kondisi ini sangat memprihatinkan bagi saya, kemudian sering kali muncul
pertanyaan-pertanyaan dalam fikiran saya. Apakah mereka tahu betapa asyiknya
membaca dongeng? Apakah mereka tahu betapa serunya membaca majalah bobo di sore
hari? Dan apakah mereka pernah mempelajari alat-alat musik maupun tarian
tradisional? Sederet pertanyaan tersebut sering kali terlintas di benak saya
namun kadang kala saya enggan untuk menanyakannya, karena takut semakin kecewa
akan jawaban mereka.
Artikel
koran Lifestyle Metroplis Jawa
Pos Jumat 31 Januari 2014, seorang psikolog anak Seto Mulyadi menyatakan, “Pengenalan gadget yang dilakukan
ke anak sedari kecil berbahaya. Karena usia ideal anak-anak berkenalan dengan
peranti elektronik adalah 10 tahun. Kalau di bawah 10 tahun, itu berpengaruh
pada kepribadian anak, dengan maksud anak cenderung lebih tertutup dan cuek
terhadap kondisi lingkungan. Mereka akan kehilangan kontrol dan lebih banyak
melakukan kegiatan sia-sia atau gadget freak.”
Sebuah
artikel di mutiara-hati.com,
menurut dr. Ahmad Suryawan SpA menyatakan, ada perbedaan tingkat
kematangan organ pada orang dewasa dan anak-anak. Anak balita yang dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan, orang tua tak dianjurkan mengenalkan fungsi atau
cara mengoperasikan gadget, sebab gelombang elektromagnetik yang terpancar
tidak baik bagi anak khususnya gangguan perkembangan otak. Disarankan
memperbolehkan anak memegang gadget saat berusia 6 tahun karena pada usia itu
perkembangan anatomi otak sudah sekitar 95 persen otak dewasa. Gadget bukan
tidak punya manfaat buat anak dan bukan dilarang, namun penggunaanya harus
dengan batasan dan sesuai kebutuhan anak.
“I fear the day technology will surpass our human interaction. The world
will have a generation of idiots." - Albert
Einstein.
Geneasi idiot? Bagaimana jika hal itu benar-benar terjadi
pada generasi penerus bangsa kita? Tentunya sangat berbahaya. Kini sudah
saatnya kita sebagai orang yang lebih mengetahui dampak negatif dari penggunaan
gadget berlebihan untuk senantiasa mengingatkan orang-orang yang ada di sekitar
kita, khususnya anak-anak agar tidak terlalu bergantung pada gadget yang mereka
miliki. Sudah saatnya kita turut serta memperbaiki keadaan yang menyedihkan
ini.
Jangan pernah menyia-nyiakan waktu yang kita miliki untuk
melalukan kegiatan-kegiatan yang tidak berguna atau bahkan merugikan diri kita.
Budayakan gemar membaca buku, karena dengan membaca buku kita akan sekaligus
melatih otak kita dan daya imajinasi kita. Berbeda dengan membaca buku atau
artikel secara online, membaca buku langsung melalui hardcopy akan lebih mudah untuk dipahami dan dimengerti karena
ketika kita membaca online, secara tidak langsung kita akan berusaha untuk
membaca secepat mungkin dan cenderung tergesa-gesa sehingga kurang memaknai isi
bacaan tersebut.
“Think before you speak. Read before you
think.” - Fran Lebowitz
Referensi :
Lieverouw, Leah A.
& Sonia Livingstone. 2006, Hand Book of New Media: Social Shaping
Consquences of ITCs, Sage Publication Ltd. London
Jurnal "PERANCANGAN MEDIA INTERAKTIF PENGENALAN ALPHABET BERBASIS
ALAT PERMAINAN EDUKATIF UNTUK ANAK USIA 2-4 TAHUN" oleh Jessica Michaela,
Mintorogo, Ahmad Adib, Ani Wijayanti. Program Studi Desain Komunikasi Visual,
Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra, Surabaya, Jurusan Desain
Komunikasi Visual, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Anggara, Panji. “Kurangi Gadget,
Kenalkan Mainan Tradisional.” Metropolis Jawa Pos 31 Januari 2014: 36.
“Penggunaan Gadget Pada Anak,
Hindarkan Sebelum Usia 6 Tahun”. Mutiara Hati Preschool and Kindergarten. 2012.
14 Februari 2014.
Image from google
(http://blog.my.88db.com/wp-content/uploads/2013/02/Children-Using-Different-Gadgets.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar