Rabu, 08 April 2015

Children and New Media Nowadays


Sadar atau tidak sadar, saat ini anak-anak muda di Indonesia sudah tidak lagi berpegang buku di tangannya maupun berpegang erat tangannya dengan teman sebayanya. Pemandangan yang sangat sering kita temui saat ini adalah generasi muda khususnya anak-anak terlihat asyik dengan gadgetnya masing-masing. Jika beberapa tahun yang lalu hapir setiap anak tergila-gila dengan buku dongeng maupun majalah Bobo, sulit rasanya di era yang serba new media ini untuk menemui anak-anak yang rajin membaca buku. Pada kesempatan ini saya akan membahas tentang hubungan anak-anak dengan new media belakangan ini.

Memang kehadiran new media memberi banyak kemudahan bagi kita semua, tanpa terkecuali anak-anak. Namun, kehadiran new media pada kalangan anak-anak secara tidak langsung telah menggeser budaya membaca buku. Ketika kita sedang bepergian ke mall-mall khususnya yang berada di kota-kota besar, sering kali kita menemukan anak-anak menggenggam gadget di tangannya dan sibuk sendiri dengan alat tersebut. Lalu, apakah tepat tindakan orang tua memperkenalkan gadget seperti tablet dan sejenisnya pada anak balita? Pada kenyataanya, hampir semua dokter dan psikolog anak menyatakan menentang pemberian gadget ke anak di usia balita. Hal ini dikarenakan banyaknya dampak negatif yang dihasilkan jika anak usia balita lebih sering memainkan gadget daripada mainan konvensional interaktif yang tidak berbasis media digital elektronik. Menurut sumber di internet, (id.theasianparent.com), beberapa dampak negatif tersebut terhadap perkembangan anak antara lain gangguan tidur, keterlambatan bicara, sikap pasif, fungsi mata terganggu, sulit konsentrasi, radiasi, dan kecanduan tablet.

Martha Farah, Direktur Center for Neuroscience and Society di The University of Pennsylvania, menyimpulkan bahwa stimulasi kognitif anak akan memiliki dampak signifikan jika si anak distimulasi menggunakan buku, mainan yang mendidik, ataupun alat musik yang nyata. Hal ini dikarenakan anak dapat mengenal huruf, warna, ataupun angka secara langsung tanpa perantara layar kaca. Anak akan lebih lancar berbahasa jika distimulasi mengunakan benda-benda yang nyata (Parents Indonesia, par. 7) Dari pendapat Martha Farah tersebut dapat kita simpulkan bahwa buku, mainan yang mendidik dan alat musik lebih bermanfaat bagi anak-anak dibandingan dengan gadget masa kini.

Seperti yang kita ketahui bahwa anak-anak adalah generasi muda penerus bangsa, dimana seharusnya mereka sedang giat-giatnya belajar dan menimba ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya, bukan hanya dimanja dengan gadget di tangannya.  Jujur saja, kondisi ini sangat memprihatinkan bagi saya, kemudian sering kali muncul pertanyaan-pertanyaan dalam fikiran saya. Apakah mereka tahu betapa asyiknya membaca dongeng? Apakah mereka tahu betapa serunya membaca majalah bobo di sore hari? Dan apakah mereka pernah mempelajari alat-alat musik maupun tarian tradisional? Sederet pertanyaan tersebut sering kali terlintas di benak saya namun kadang kala saya enggan untuk menanyakannya, karena takut semakin kecewa akan jawaban mereka.

Artikel koran Lifestyle Metroplis Jawa Pos Jumat 31 Januari 2014, seorang psikolog anak Seto Mulyadi menyatakan, “Pengenalan gadget yang dilakukan ke anak sedari kecil berbahaya. Karena usia ideal anak-anak berkenalan dengan peranti elektronik adalah 10 tahun. Kalau di bawah 10 tahun, itu berpengaruh pada kepribadian anak, dengan maksud anak cenderung lebih tertutup dan cuek terhadap kondisi lingkungan. Mereka akan kehilangan kontrol dan lebih banyak melakukan kegiatan sia-sia atau gadget freak.” 

Sebuah artikel di mutiara-hati.com, menurut dr. Ahmad Suryawan SpA menyatakan, ada perbedaan tingkat kematangan organ pada orang dewasa dan anak-anak. Anak balita yang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, orang tua tak dianjurkan mengenalkan fungsi atau cara mengoperasikan gadget, sebab gelombang elektromagnetik yang terpancar tidak baik bagi anak khususnya gangguan perkembangan otak. Disarankan memperbolehkan anak memegang gadget saat berusia 6 tahun karena pada usia itu perkembangan anatomi otak sudah sekitar 95 persen otak dewasa. Gadget bukan tidak punya manfaat buat anak dan bukan dilarang, namun penggunaanya harus dengan batasan dan sesuai kebutuhan anak.

I fear the day technology will surpass our human interaction. The world will have a generation of idiots." - Albert Einstein.

Geneasi idiot? Bagaimana jika hal itu benar-benar terjadi pada generasi penerus bangsa kita? Tentunya sangat berbahaya. Kini sudah saatnya kita sebagai orang yang lebih mengetahui dampak negatif dari penggunaan gadget berlebihan untuk senantiasa mengingatkan orang-orang yang ada di sekitar kita, khususnya anak-anak agar tidak terlalu bergantung pada gadget yang mereka miliki. Sudah saatnya kita turut serta memperbaiki keadaan yang menyedihkan ini.

Jangan pernah menyia-nyiakan waktu yang kita miliki untuk melalukan kegiatan-kegiatan yang tidak berguna atau bahkan merugikan diri kita. Budayakan gemar membaca buku, karena dengan membaca buku kita akan sekaligus melatih otak kita dan daya imajinasi kita. Berbeda dengan membaca buku atau artikel secara online, membaca buku langsung melalui hardcopy akan lebih mudah untuk dipahami dan dimengerti karena ketika kita membaca online, secara tidak langsung kita akan berusaha untuk membaca secepat mungkin dan cenderung tergesa-gesa sehingga kurang memaknai isi bacaan tersebut.

“Think before you speak. Read before you think.” - Fran Lebowitz

Referensi : 
Lieverouw, Leah A. & Sonia Livingstone. 2006, Hand Book of New Media: Social Shaping Consquences of ITCs, Sage Publication Ltd. London
Jurnal "PERANCANGAN MEDIA INTERAKTIF PENGENALAN ALPHABET BERBASIS ALAT PERMAINAN EDUKATIF UNTUK ANAK USIA 2-4 TAHUN" oleh Jessica Michaela, Mintorogo, Ahmad Adib, Ani Wijayanti. Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra, Surabaya, Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Anggara, Panji. “Kurangi Gadget, Kenalkan Mainan Tradisional.” Metropolis Jawa Pos 31 Januari 2014: 36.
“Apakah Gadget Mengedukasi Anak?”. Parents Indonesia. 2013. 15 Februari 2014.
“Penggunaan Gadget Pada Anak, Hindarkan Sebelum Usia 6 Tahun”. Mutiara Hati Preschool and Kindergarten. 2012. 14 Februari 2014.
Image from google (http://blog.my.88db.com/wp-content/uploads/2013/02/Children-Using-Different-Gadgets.jpg)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar