Senin, 19 Januari 2015

Memulai Pagi dengan Kado Terindah

Hampir semua pagiku dimulai dengan membaca pesan dari beliau. Isinya simple, tidak jauh dari ucapan salam yang sudah ter autotext di handphone beliau menjadi sebuah tulisan arab dan sekedar mengingatkanku untuk tidak lupa berdoa. Eh tunggu, aku lupa. Ternyata itu bukan sekedar. Ternyata itu adalah kado dari beliau untukku, setiap pagi. Sepaket doa dan harapan yang disertai ketulusan dari seorang Ibu untuk anaknya. 

 

Dan kado yang sederhana itu selalu punya banyak makna untuk aku. Berkat kado itu aku tahu bahwa aku selalu ada di hati Ibuku dan berkat kado yang beliau kirimkan setiap pagi itu, aku merasa hariku selalu diberkahi oleh Allah. 

Suatu pagi, aku bangun dari tidurku kemudian aku tidak menemukan pesan dari Ibuku. Rasanya benar-benar aneh, ada yang mengganjil di hatiku. Kemudian aku berfikir alasan apa yang membuat Ibuku tidak mengirimkan pesan untukku pagi itu. Mungkin karena Beliau sedang sibuk. Eh, atau mungkin Beliau sedang mengetes anaknya ini? Apakah aku akan menyapa Ibuku saat Ibuku tidak menyapaku terlebih dahulu? 

Kemudian aku, seorang mahasiswi yang jarang pulang dan selalu gengsi buat mengucapkan kata kangen-kangenan ini memberanikan diri untuk menulis pesan untuk Ibuku. Belum sampai aku selesai menulis pesanku, pesan dari Ibuku telah hadir terlebih dahulu. Beliau ternyata sedang sibuk, lagi-lagi sibuk dengan kegiatan mendoakan anak-anaknya. Sebut saja mengaji. Dan hal ini membuat aku sadar bahwa meskipun hanya sebuah pesan, ternyata Ibuku tidak mengharapkan aku melakukan hal yang sama pada beliau. Ibuku dengan ikhlas menyapaku dengan pesannya, setiap hari.

Suatu hari, Ibuku menyuruhku untuk pulang ke rumah sementara aku masih harus menyelesaikan urusan-urusan perkuliahanku di sini. Beliau rindu akan kehadiranku dirumah. Kemudian aku berjanji  pada ibuku bahwa aku akan pulang esok hari. Aku hampir tidak pernah melontarkan kata rindu pada Ibuku. Tapi jika aku bisa, akan kupaketkan rasa rinduku untukmu, Ibu. Rinduku akan datang kepadamu di setiap harimu sama seperti pesanmu yang ditunjukkan kepadaku di setiap pagiku. 

'Akan selalu ada pengiriman yang ditunjukkan kepadamu yang isinya adalah tumpukan rinduku.'
Terimakasih Ibu, atas kado terindah darimu yang selalu menyertai hariku. Terimakasih Ibu sudah menjadi bagian bahkan pemeran utama dari kado itu. Teruslah menjadi Ibu dengan kado-kado indahmu untukku. Ibu harus tau, aku juga rindu.

Karena kado terindah tidak selamanya tentang barang, tapi juga tentang kehadiran. Dan Ibuku selalu hadir bersama dengan pesan-pesannya itu.


1 komentar:

  1. Hai Ipah...

    Makasih banget yaa sudah ikutan Giveaway Kado Terindah. Semoga menang! :D

    Salam,
    Pungky

    BalasHapus