Minggu, 06 April 2014

Biarkan Aku Tetap Mengalir... Dari Hulu ke Hilir.

Jika biasanya 'koneksi' menjadi alasan mengapa aku tak mulai mengisi blog ini lagi dengan fiksi, namun kali ini tidak. Jika biasanya 'malas' menjadi alasan mengapa aku tak bergerak menulis di blog ini,maka kali ini tidak. Ada sebuah mata kuliah yang mengharuskanku menulis, dan akhirnya akupun menulis (lagi).
PS : terimakasih kepada Bapak Dosen mata kuliah Komunikasi Visual, berkat beliau blog ini terisi lagi. :)

Biarkan Aku Tetap Mengalir, dari Hulu ke Hilir…

Pernahkah kamu peduli dengan keadaan sungai disekitarmu?
SUNGAI, sebuah kata yang jika terdengar di telinga kita pastilah muncul bayangan sumber air bagi kehidupan, air yang mengalir deras, bersih dan jernih. Lalu, pernahkah kamu peduli dengan keadaan sungai di sekitarmu?

 












Reality dan expectation tetang sungai.
Menurut mbah google, sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Tapi kenyataannya, kondisi sungai di Indonesia semakin hari semakin memburuk, sungai yang seharusnya ‘aliran air’ sering kali burubah makna menjadi ‘aliran sampah’ bahkan tak jarang menjadi ‘genangan sampah’. Pencemaran air sungai di Indonesia semakin merajalela. Banyak yang membuang sampah rumah tangga hingga limbah pabrik ke sungai, sedikit demi sedikit sampah dibuang di sungai. Sungai yang dulunya genangan air, kini menjadi genangan sampah. Kondisi sungai yang semakin memburuk tentulah berakibat buruk juga, banyak penyakit yang timbul akibat keadaan sungai yang kotor, ketersediaan air bersih untuk kehidupan sehari-hari semakin menipis, banyak banjir disana-sini akibat genangan sampah yang menghambat lajunya air sungai. Padahal, air sungai juga merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan pertanian dan perindustrian. Sungai yang dulu, bukanlah yang sekarang.

Perubahan zaman dan perubahan keadaan sungai di Indonesia.
Sore itu, aku masih mengenakan baju bertuliskan ‘kids’ di label ukurannya, aku masih kecil dan mungkin sore itu aku masih tidak peduli dengan sungai-sungai disekitarku. Namun semua itu berubah ketika lelaki terhebat di dunia (versi saya) berbicara tentang sungai yang sedang kita lewati pada saat itu. Kebetulan sore itu kami sedang perjalanan dari Kediri menuju Cilacap dan kami melewati Bengawan Solo. “Nak, sungai ini ada lagunya lho…” *kemudian Ayah nyanyi lagu Bengawan Solo meskipun hanya satu bait* “Dulu, kalo lewat sini lagunya kedengeran Nak…” dan aku ngangguk-ngangguk denger perkataan Ayah itu. Sore itu, bener-bener nggak kedengeran lagu Bengawan Solo, yang ada cuma speakernya aja di bagian atas pilar jembatan. Dan beberapa kali aku lewat jembatan itu lagi, nggak kedengeran sama sekali lagunya. Entahlah, apa pemerintah setempat lupa servis berkala si speaker-speaker itu atau pemerintah sudah mulai bosan melestarikan lagu daerah yang sangat indah itu atau malah pemerintah setempat malah memang sudah tidak mau peduli lagi? Hmm, atau kebetulan setiap aku lewat itu ketika speakernya lagi dimatiin gara-gara hemat listrik? Hehehe.

 











Pernah denger semboyan “CITARUM NADIKU, MARI REBUT KEMBALI” ?
Sedih adalah ketika kita ‘tanya’ sama sahabat baik kita (Google) tentang sungai terkotor di dunia dan ‘dia’ jawab, urutan pertama adalah sungai Citarum, Indonesia. Dan ketika mencoba browsing image ‘sungai Citarum’, masyaAllah… Pertanyaan kepada diri sendiri muncul seketika dan berulang-ulang. Pertanyaan yang sama, “Apakah ini masih pantas disebut sungai?”. Dahulu kala sebelum Indonesia merdeka tepatnya pada abad ke 17, sungai Citarum digunakan sebagai akses ekonomi dan pertahanan oleh VOC. Sedangkan sekarang, sungai Citarum digunakan sebagai akses pembuangan oleh masyarakat sekitar. Apakah semua ini tidak keterlaluan? Jadi, sungai Citarum lebih baik berada di tangan VOC? :)

Sungai-sungai di (bukan) Indonesia.
Agar berwawasan internasional, mari kita mencari tahu lebih lanjut tentang sungai-sungai yang ada di negara-negara lain seperti di Italy, China dan Amerika.

Venice, Italia. Sebuah kota yang terkenal karena keindahan sungai-sungainya. Tidak diragukan lagi, keindahan sungai-sungai di kota Venice sangatlah menyegarkan mata. Bahkan, kita bisa menjelajahi sungai-sungai di Venice dengan ‘Gondola’ sebuah kendaraan berupa kapal kecil khas Italy. Sungai menjadi sumber penghasilan bagi warga sekitarnya, terutama dari aspek pariwisatanya. Sungai Yangtze, China. Sungai ini adalah sungai terpanjang di Asia. Sungai ini sangatlah penting karena nilai sejarah, ekonomi dan kebudayaannya. Untuk menikmati keindahan sungai ini, kita bisa menaiki kapal yang telah disediakan untuk melintasi sungai Yangtze ini. Sungai Amazon, Amerika. Sungai Amazon adalah sungai terpanjang ke-2 di dunia setelah sungai Nil. Sungai Amazon merupakan habitat lebih dari 3000 spesies ikan dan spesies baru yang belum ditemukan. Yang terakhir adalah sungai-sungai yang ada di Bangkok, Thailand. Sungai-sungai di Bangkok digunakan sebagai ‘floating market’. Meskipun digunakan sebagai tempat jual beli, sungai-sungai itu tetap terjaga kebersihan dan keindahannya.


 

 
Tugas kita sebagai masyarakat yang baik adalah turut serta menjaga kelestarian lingkungan kita. Khususnya sungai. Peduli terhadap lingkungan bukanlah hanya meratapi keadaan yang sudah buruk ini, peduli adalah turut serta mengatasi keadaan ini agar menjadi lebih baik dan menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat. Buanglah sampah pada tempatnya! Sedikit sampah akan berpengaruh. Hidup bersih agar kita sehat, hidup sehat agar kita semangat! :D


Tidak ada komentar:

Posting Komentar